September 8, 2011

keterbiasaan

dah selalu aku merasa sepalat ini
berharap separuh  kudrat akhirnya aku mati
dah terlalu biasa
sehinggakan keterbiasaan yang tak terasakan


apalagi harus aku sembunyikan
pada rupa pada wajah 
tapi tidak pada hati 
aku cuba jahit sekemas bisa 
tapi masih ada jahitan yang tetas 
yang sendiri menampakkan kelemahanku


tinggi benteng itu aku dirikan 
dan setiap pintunyaku kuncikan 
dengan kunci hati yang keras 
sekeras kerikil 
dan aku katakan pada hati 
aku takkan kalah
bodoh.
aku lupa kata orang tua
setitik air jatuh kepada kerikil itu
lama2 bisa pecah jua
akhirnya aku mengaku
aku tewas pada perasaan itu .


sepertinya aku ini orang bodoh 
aku pinta ia datang 
namun tak satu pun sudi singgah 
tapi bila ada yang datang memula bicara
aku mula cuakkan diri
aku mula ejekketawa pada diri
berkata pada hati
hei . kau bukan perempuan itu !
sejurus di tinggalkan
aku mula mencari 
dan terus menanti
kiranya ada lagi yang sudi . 
tapi sunyi . 
langsung tak terdengarkan suara . 


memetik kata sahabat di facebook tadi
katanya susah untuk hidup sendiri
dan susah juga memilih seseorang untuk dicintai
tapi sebenarnya lagi susah bila mencintai dia
yang sejak mula tak terfikirkan utk mencintainya.
aku senyum sambil kataku santiki . 


sampai bila kau hendak main lari2
sampai bila ?
berkata ego kau bisa berdiri
tapi bila kau bilang berapa juta yang setia berdiri bersamamu
tetap kau rasakan kau bersendiri 
sampai bila ? 


sudahlah sayang 
akukan sahaja
kau seperti wajah yang lain jua
perlukan perasaan itu
tetapi harus dicari dimana 
adakah perlu untuk berlutut dan meminta
sedang dulu sekadar kau ludah di tepi tangga
mungkin usia mengajar aku
pengalaman tunjukkan aku
untuk cukup aku sedari 
aku perlukan ia
ya .
aku perlukan ia . 



No comments:

Post a Comment

dojudge.